indahnyaku

punya indah


Cerita Novel “Waktu Aku Sama Mika”

Waktu Aku Sama Mika, adalah sebuah novel garapan Indi Sugar yang berisi kisah hidupnya bersama sahabat sekaligus kekasih pertamanya, yaitu Mika.

Novel ini diusung dari kisah nyata seorang Indi yang menderita skoliosis atau kelainan tulang yang menyebabkan setiap harinya dia harus menggunakan penyangga di tubuhnya dan hanya boleh dilepas sekitar satu jam. Itu seingatku.

Processed with VSCO with hb2 preset

Sedangkan Mika sudah ia anggap sebagai pahlawan yang mampu memberikan warna dalam hari-harinya, menjadi penolongnya dan menjadi seseorang yang selalu benar di mata Indi. Mika merupakan seorang ODHA, Indi tidak pernah menanyakan sebab Mika terkena AIDS sebab Mika juga tidak pernah bertanya perihal penyangga Indi. Mika menjadi seseorang yang spesial bagi Indi, sebab Mika lah yang berhasil membuktikan bahwa Indi bisa berlari dengan menggendongnya, Mika juga akhirnya dapat membuat Indi kenal dengan teman-teman Mika yang kini menjadi teman Indi Juga, Mika berhasil mengambil hati Indi dan memberikan cita yang tanpa syarat, sebab Mika adalah pahlawan Indi. Diceritakan jika Indi adalah orang yang pasif, tapi bersama Mika dia menjadi pribadi yang ceria, ia bisa menjadi penyanyi, penari, dan perempuan yang cantik.

Perilaku yang manis Mika akhirnya membuat Indi seakan menjadi bergantung pada Mika, ada perasaan marah ketika Mika yang dia anggap sebagai pahlawan itu mulai terlihat lemah karena HIV/AIDS yang dideritanya.

Aku merasa bahwa Mika dan Indi pasti beruntung telah bertemu satu sama lain dan saling jatuh cinta. Bagi Mika, Indi adalah perempuan yang spesial terbukti dari sikapnya yang tidak mau mencium bibir Indi karena Mika gemar menggigit bibirnya sampai berdarah. Ia tidak mau Indi tertular.

Indi adalah perempuan yang hebat juga, hubungannya memang ditentang oleh keluarganya karena menurut mereka HIV/AIDS adalah suatu kesalahan. Menjalin hubungan dengan Mika adalah kesalahan. Beberapa teman Indi bahkan melarangnya menggunakan toilet sekolah karena mengatakan Indi telah tertular.

Aku senang membaca novel ini, karakter Indi benar-benar dapat menceritakan bagaimana perasaannya kepada Mika. Novel ini pada akhirnya mencoba memberi tahu kita bahwa ODHA bukanlah suatu kesalahan, membuat  kita seakan berhak menjauhi mereka. Indi menjelaskan bahwa Mika dan teman-teman Odha yang lainnya pun sebenarnya sama dengan kita, hanya saja jumlah sel darah putih yang disebut CD4 Odha lebih sedikit daripada orang normal. Dalam novel ini juga dikatakan bahwa tidak ada ciri fisik yang pasti bahwa seseorang itu terkena HIV/AIDS, sebab seseorang bisa diketahui bahwa mereka terserang HIV/AIDS hanya dengan tes darah, atau pengakuan dari orang terseut bahwa dirinya telah terinfeksi.

Processed with VSCO with hb2 preset

Kata Mika, orang itu seperti apel yang di kupas dan akan dimakan. Kalau sudah dikupas begitu, kita tidak tahu apel warna apa yang dimakan, kan? Jadi sebenarnya Odha maupun bukan, kita semua sama. Manusia yang diciptakan Tuhan. Tentunya jika percaya.

Selain itu aku ingat dosenku pernah menjelaskan tentang subaltern yang ternyata dipopulerkan oleh Antonio Gramsci, yaitu kurang lebih kelompok-kelompok yang dikucilkan, dikecualikan dalam tatana sosial masyarakat. Jika saja oleh meminjam kalimat tersebut, aku merasa jika Mika adalah subaltern itu sendiri apabila dilihat dari cerita yang digambarkan Indi Sugar dalam novel ini.

Lagi-lagi, seperti sudah jatuh tertimpa tangga, Mika yang merupakan seorang Odha dan harus menjalani dan berjuang untuk kehidupannya melawan HIV/AIDS justru mendapatkan label negatif dari orang-orang. Dia bahkan mendapat pandangan bahwa seorang yang terkena HIV/AIDS adalah orang yang tidak baik, sebuah beban, bahkan payah. Namun itu semua disangkal oleh Indi, menurutnya bagaimana mungkin seorang yang tidak baik bisa mengatakan bahwa dirinya terkena HIV/AIDS dihari pertama mereka berpacaran? Justru Mikalah seorang pemberani dan jujur itu. Selain itu Mika bukan beban sebab dialah pahlawan Indi.

Aku merasa bahwa keduanya telah menemui sebuah keberuntungan sebab memiliki satu sama lain, menjadi penolong dan sepertinya Indi juga harus berpikir bahwa Indi juga pahlawan untuk Mika.

Dikatakan pula oleh Indi, Mika bukan payah, dia hanya sakit.

Processed with VSCO with hb2 preset

Aku juga bisa melihat ketulusan yang datang dari mereka berdua. Mika dan Indi saling mengetahui kekurangan masing-masing yang oleh beberapa orang mungkin dianggap sebagai hal yang tidak normal, namun mereka bisa saling mencintai. Indi tidak ingin tahu dan tidak menanyakan darimana Mika mendapatkan infeksi virus itu sekalipun ada yang akan memberitahunya, dan begitupula yang dilakukan oleh Mika.

Aku belajar banyak dari novel ini, bahwa tidak ada alasan bagi kita untuk melihat orang yang berbeda dengan kita sebagai liyan. Odha bukanlah seseorang yang patut untuk dijauhi, begitupula dengan penyandang kelainan tulang belakang yaitu scoliosis seperti Indi yang menyebabkan dia harus menggunakan penyangga tubuh untuk beberapa tahun.

Bagaimanapun itu keadaannya, mereka dan juga kita semua tetaplah manusia. Kita wajib melihat orang lain sebagai manusia juga.

Aku sangat merekomendasikan novel ini untuk kalian yang kebetulan membaca blog aku. Ini novelnya sudah lama dan sialnya aku baru baca sekarang. Novel Waktu Aku Sama Mika juga sudah diangkat ke layar lebar dengan judul Mika. Dibintangi oleh Vino G. Bastian dan Velove Vexia.

Tapi sebelum kalian memutuskan untuk menonton filmnya, ada baiknya baca dulu novelnya. Bisa beli dulu di toko buku, atau kalau gak mau keluar uang, pinjam aja novelnya di aku. Tapi jangan lupa kembalikan.

-indahnyaku-



Tinggalkan komentar